BELUM terlupakan, 40 hari yang lalu, (Almh.) Ibu Agista Ariany, pergi menghadap Illahi, karena sakit yang dideritanya. Sulawesi Tenggara kehilangan seorang sosok ibu, seorang pengayom dan filatropik. Semasa hidup, Ibu Agista Ariany memang dikenali publik di mana pun sebagai sosok yang dermawan. Beliau tidak segan menyambangi siapa pun yang membutuhkan bantuan, tak kenal waktu dan sulitnya medan yang harus ditempuh. Sulawesi Tenggara benar-benar kehilangan sosok humanis, Ibu Agista Ariany.
Tahlilan adalah kegiatan membaca serangkaian ayat suci Al Quran dan zikir dengan maksud menghadiahkan pahala bacaannya kepada orang yang telah meninggal. Tahlilan berarti membaca kalimat tahlil atau “tidak ada sesembahan yang berhak untuk disembah selain Allah”. Tradisi tahlilan biasa diselenggarakan setiap malam Jumat atau pada hari-hari kesekian, meskipun tidak terbatas pada dua kesempatan tersebut.
Dalam tradisi ke-Islam-an, membaca Al Quran dan menghadiahkan pahalanya kepada Ahlul Mayit, adalah sesuatu yang dibenarkan oleh keumuman dalil dalam syariah. Para Fukaha (Ahli Fiqih) dari empat mazhab juga sepakat bahwa menghadiahkan pahala bacaan Al Quran kepada yang wafat adalah sesuatu yang sangat bermanfaat bagi mayit di alam kuburnya. Hal ini disampaikan Imam al-Qurthubi dalam kitab Al Tadzkirah.
Tidak ada dalil yang melarang bertahlil di waktu manapun, sebagaimana tidak ada dalil dalam syariah yang malarang mengirimkan pahala membaca Al Quran di hari tertentu. Yang dilarang oleh syariat adalah berkabung (Al ‘Azaa). Nabi Muhammad SAW., melarang Al ‘Azaa lebih dari tiga hari.
Tahlilan buat Ibu Agista Aryani diadakan di Ruang Merah Putih, Rumah Jabatan Gubernur Sultra, Sabtu 21 Agustus 2021.
Meminta Dimaafkan
Pada kesempatan tersebut, Gubernur Ali Mazi menyampaikan kenangan dan meminta dimaafkan atas apa yang telah dilakukan (Almh.) Ibu Agista Ariany, baik sebagai manusia, istri, ibu, dan ketua seluruh organisasi yang dipimpinnya.
“Mengenang kembali kebersamaan kami, dengan (Almh.) Ibu Agista Ariany, baik sebagai istri maupun ibu dari anak-anak kami, Almarhumah telah menjalankan tugasnya dengan baik. Termasuk memberikan dorongan dan motivasi kepada saya sebagai Gubernur Sulawesi Tenggara, mulai dari periode pertama hingga periode kedua sekarang ini, demi terlaksananya tugas penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan di Sultra sesuai dengan ketentuan dan peraturan yang berlaku, dan sebagaimana yang diamanahkan oleh masyarakat dan pemerintah. Dalam kapasitas sebagai istri Gubernur Sultra, serta melalui instansi dan organisasi yang beliau pimpin di wilayah Sultra, dalam pandangan saya, Almarhumah telah banyak berbuat untuk kepentingan, kemaslahatan, kesejahteraan masyarakat dan Sultra yang kita cintai bersama,” ungkap Gubernur Ali Mazi.
Gubernur Ali Mazi meminta keikhlasan semua pihak untuk memaafkan setiap kesalahan beliau. “Kami sadar sepenuhnya, sebagai manusia biasa, tentu Almarhumah tidak terlepas dan kesalahan. Untuk itu, perkenankan kami secara pribadi sebagai suami dan mewakili keluarga kembali meminta dengan segala kerendahan hati kepada seluruh masyarakat Sultra agar kiranya berkenan memaafkan dengan ikhlas dan lapang dada atas kesalahan istri saya tercinta (Almh.) Ibu Agista Ariany,” kata Gubernur Ali Mazi.
Tidak lupa pula Gubernur Ali Mazi mengucapkan terima kasih yang besar kepada semua yang telah membantu ketika Almarhumah Ibu Agista Ariany menjalani perawatan. “Pada kesempatan ini, kembali kami menyampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah membantu sejak Almarhumah menjalani perawatan medis sampai selesainya prosesi pemakaman,”
Gubernur Ali Mazi meminta agar semua pihak terus menyokong dan memberi dirinya dan anak-anaknya semangat untuk menjalankan tugas. “Saya juga menyampaikan terima kasih kepada segenap keluarga, rekan, dan komponen masyarakat Sultra maupun komponen masyarakat dari luar Sultra yang sejak kepergian (Almh.) Ibu Agista Aryani terus mendukung dan menyemangati saya dan anak-anak saya.”
Gubernur Ali Mazi pun meminta dukungan dan doa kepada seleruh lapisan masyarakat Sultra agar tetap sehat sehingga mampu melanjutkan pembangunan yang telah direncanakan.
“Secara pribadi, dengan kepergian Almarhumah, saya tentu merasakan betul betapa sedih dan beratnya kehilangan. Akan tetapi saya sadari untuk tidak terus larut dalam kesedihan, karena saya masih mempunyai tanggung jawab besar sebagai orangtua bagi anak-anak saya, dan tanggung jawab saya sebagai Gubernur Sultra kepada masyarakat, daerah, serta bangsa dan negara. Sehingga saya harus tetap semangat menjalani kehidupan ini, saya harus tegar dan terus konsen dalam melaksanakan tugas pengabdian yang diamanahkan kepada saya,” pinta Gubernur Ali Mazi.
Tahlilan 40 hari wafatnya (Alhm.) Ibu Agista Ariany dihadiri Wakil Gubernur Sultra Dr. H. Lukman Abunawas, SH., MH., M.Si., Sekretaris Daerah Sultra Dr. Hj. Nur Endang Abbas, SE., M.Si.,
Juga dihadiri oleh Forum Koordinasi Pimpinan Daerah (Forkopimda) Provinsi Sultra, antara lain Kapolda Sultra Irjen Pol. Drs. Yan Sultra Indrajaya, SH., Kepala Kejati Sultra Sarjono Turin, SH., MH., Danrem 143/HO Brigjen TNI Jannie Aldrin Siahaan S.E., M.B.A., Kepala Kabinda Sultra Brigjen TNI Raden Toto Oktaviana, S.Sos., Kepala BNN Sultra Brigjen Pol. Sabaruddin Ginting, Danlanal Kendari Kolonel (P) Andike Sri Mutia, S.Sos., Danlanud HLO Kendari Kolonel (Pnb.) Andy F. Picaulima, S.Sos., Ka. Kanwil Kementerian Agama Sultra Fesal Musaad, S.Pd., M.Pd., Kepala Kantor Wilayah Hukum dan HAM Silvester Sili Laba, SH., juga tampak Walikota Kendari Sulkarnain Kadir, S.E., M.E., Wakil Walikota Kendari dr. Hj. Siska Karina Imran, SKM., Bupati Buton Drs. La Bakry, M.Si., Direktur Utama Bank Sultra Abdul Latif, dan Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) Sultra Drs. KH. Mursyidin, M.HIS., bersama segenap pengurus; serta para pejabat Pimpinan Tinggi Pratama dan para Pimpinan Instansi Vertikal lingkup Pemerintah Provinsi Sultra, serta para alim ulama, dan tokoh masyarakat.
Tahlilan 40 hari tersebut juga dihadiri ketiga putra-putri beliau, yakni Alfian Taufan Putra, Ayla Shakira Putri, dan Alvito Martciano Darmawan.
Sedangkan ceramah disampaikan oleh Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) Sultra Drs. KH. Mursyidin, M.HIS.
Pekandeana Ana-Ana Maelu
Sebelum penyelenggaraan Tahlilan, siang harinya, keluarga besar H. Ali Mazi, SH., menggelar prosesi Pekandeana Ana-Ana Maelu atau pemberian makan kepada anak yatim-piatu, yang dihelat oleh Drs. Asrun Lio, M.Hum., Ph.D., wakili keluarga besar H. Ali Mazi, SH.
Pelaksanaan prosesi Pekandeana Ana-Ana Maelu tersebut sekaligus untuk memperingati Bulan Muharram 1443 Hijriah. Prosesi Pekandeana Ana-Ana Maelu dilakukan di Pondok Pesantren dan Panti Asuhan Al Fitrah Kota Kendari pada Sabtu 21 Agustus 2021. Gubernur Ali Mazi menyerahkan santunan kepada anak yatim-piatu berupa uang pembinaan.
Asrun Lio, mengatakan bahwa tradisi Pekandeana Ana-Ana Maelu ini merupakan tradisi dari Kesultanan Buton yang dilaksanakan sejak masuknya ajaran Islam, dan terus dilakukan selama empat abad lebih. Sehingga sampai kini masyarakat Buton masih terus mempertahankannya.
Melalui tradisi memberi makan anak yatim-piatu tersebut, Gubernur Ali Mazi secara pribadi hendak mengenang 40 hari wafatnya Hj. Agista Ariany, yang juga bertepatan dengan Hari Asyura, 10 Muharam 1443 Hijriah.
Hari Asyura adalah hari ke-10 pada bulan Muharram dalam Kalender Hijriyah. Asyura sendiri berarti kesepuluh. Di hari ini ada dua kejadian besar, yakni Nabi Musa berpuasa sebagai ungkapan rasa syukur kepada Allah SWT., karena Bani Israil terbebas dari kezaliman Fira’un. Di hari ini pula Nabi Muhammad SAW., berpuasa selama dua hari.
“Tradisi ini sering dilakukan warga Buton untuk memperingati 10 Muharram, meminta keselamatan kepada Allah SWT., melalui doa-doa para anak yatim-piatu, agar tidak lagi menderita dan dijauhkan dari bala maupun bencana. Demikian juga harapan Gubernur Ali Mazi agar masyarakat Sultra secepatnya terhindar dari virus Covid-19 yang kini juga tengah melanda hampir seluruh wilayah di dunia,” terang Asrun Lio.
Lebih lanjut Asrun Lio mengungkapkan, bahwa secara pribadi, ia merasa terhormat dipercaya melaksanakan ritual tersebut dalam rangka mengenang kepergian (Almh.) Hj. Agista Ariany, yang bertepatan dengan tanggal 10 Muharram pada almanak hijriah.
“Bapak H. Ali Mazi, SH., mengharapkan doa dari anak yatim-piatu. Kebetulan hari ini bertepatan dengan 40 hari berpulangnya istri beliau. Saya mendapatkan kepercayaan, mewakili keluarga, untuk melaksanakan ritual ini. Kegiatan doa bersama juga dilaksanakan di Rujab Gubernur Sultra, baik di hari pertama hingga hari ke-40 ini,” terang Asrun Lio, “Mewakili keluarga besar, kami pun tak henti-hentinya meminta doa tulus dari masyarakat Sultra untuk (Almh.) Hj. Agista Ariany.”
Kebahagian yang dirasakan para anak yatim-piatu atas perhatian, baik dari pihak keluarga H. Ali Mazi, SH., maupun pemerintah, meski nilainya tidak seberapa, Insya Allah bernilai ibadah.
“Di dalam ritual ini, para anak yatim-piatu mendapatkan kasih sayang, seperti disuapi makanan hingga diberi santunan. Melalui ritual Pekandeana Ana-Ana Maelu, semoga mereka merasakan perhatian dan kebahagiaan. Kebahagian mereka dapat menghantarkan harapan dan doa para pimpinan Pemprov Sultra kepada sang Maha Pencipta, Allah SWT. Sehingga para pemimpin dan rakyat Sultra selalu diberi kekuatan serta kesehatan melaksanakan pelayanan kepada masyarakat dan daerah. Agar kita segera terbebas dari virus Covid-19. Juga agar (Almh.) Ibu Hj. Agista Ariany, mendapatkan tempat terbaik di sisi Allah SWT.,” kata Asrun Lio.
Setiap tanggal 10 Muharam, masyarakat Buton menggelar ritual Pekandeana Ana-Ana Maelu. Tradisi ini telah berjalan sejak masuknya ajaran Islam di Kesultanan Buton yang dibawa oleh para penyiar Agama Islam, dan telah berjalan selama lebih dari empat abad.
Selain sebagai sunnah Rasulullah, tradisi tersebut bertujuan agar anak yatim-piatu dapat merasakan kebahagiaan melalui perhatian orang dewasa meski apa yang diberikan tidak seberapa jumlahnya dan ini tentunya bernilai ibadah.
Dalam ritual tersebut terkandung pomaa-maasiaka (saling menyayangi antara sesama).
Rangkaian ritual Pekandeana Ana-Ana Maelu dimulai dengan memandikan para anak yatim-piatu oleh seorang Bhisa perempuan. Khusus anak laki-laki dimandikan dengan air yang dicampur dengan bunga Jempaka, sedangkan anak perempuan dimandikan dengan air yang telah dicampur dengan bunga Kamba Manuru.
Kedua bunga tersebut memiliki filosofi tersendiri. Bunga Jempaka melambangkan kejantanan seorang laki-laki, sedangkan bunga Kamba Manuru melambangkan kelembutan dan keramahtamahan seorang perempuan.
Selanjutnya para anak yatim-piatu akan digiring ke tempat khusus yang telah disediakan berbagai macam makanan tradisional. Sebelum prosesi penyuapan, terlebih dahulu diawali dengan pembacaaan doa tolak bala oleh seorang Lebe. Prosesi diakhiri dengan pengusapan kepala para anak yatim-piatu, lalu para ibu yang telah ditunjuk menyuapi mereka.
KONI Sultra Tahlilan
Sementera itu, Pengurus Komite Olahrga Nasional Indonesia (KONI) Sultra juga mengadakan Tahlilan, sekaligus mengakhiri pembacaan doa selama 40 hari wafatnya Ibu Hj. Agista Ariany Bombay. Selama 40 hari KONI Sultra menggelar tahlilan di lokasi pemusatan Latihan daerah.
Hadir dalam acara Wakil Ketua Umum (WKU) V. dan Plt. Ketua Umum KONI Sultra, Fahry Yamsul, didampingi Sekretaris Umum Tahir Lakimi, dan segenap pengurus yang hadir.
Pahry Yamsul secara aklamasi terpilih untuk mengemban tugas tersebut. Ia akan menuntaskan segala persoalan yang dihadapi jelang pelaksanaan Pekan Olahraga Nasional (PON) sesuai dengan harapan dari (Almh.) Agista Ariany Bombay yang menginginkan atlet PON Sultra mendulang kesuksesan. Fahry bersama formatur terpilih segera akan menyiapkan pelaksanaan musyawarah pemilihan ketua definitif. “Ini memang tugas yang harus saya jalankan,” tutup Fahry Yamsul. []
Ilham Q. Moehiddin
Juru Bicara Gubernur Sultra
*Foto: JGS/Frans Patadungan © 2021.