GUBERNUR Provinsi Sulawesi Tenggara (Sultra) H. Ali Mazi, SH., membawakan sambutan dan membuka acara Rapat Koordinasi Teknis Kepekerjaan Umuman se-Sulawesi Tenggara Tahun 2022, di Hotel Claro, Kendari 21 Maret 2022.
Ikut hadir Forum Koordinasi Pimpinan Daerah (Forkopimda) Provinsi Sulawesi Tenggara yang diwakili, dan Ketua ASPABI Ir. Dwi Putranto, MA., Ketua KNPI Prov. Sultra Alvin Akawijaya Putra, SH.
Selain peserta Rakornis, pembukaan kegiatan ini dihadiri pula oleh Plt. Walikota Baubau La Ode Ahmad Monianse, S.Pd., dan Wakil Bupati Konawe Kepulauan Muhammad Andi Lutfi, SE., MM.
Hadir pula Komandan Pangkalan TNI AL Kendari Letkol Laut (P) Iwan Iskandar, M.Tr. Hanla,. MM., dan Komandan Pangkalan TNI AU HLO Kolonel (Pnb.) Andy F. Piccaulima, S.Sos.
Juga hadir Kepala Balai Wilayah Sungai (BWS) IV Kendari, Kepala Balai Pelaksana Penyediaan Perumahan Sulawesi III, Kepala Balai Prasarana Pemukiman Wilayah, Kepala Balai Pelaksana Jalan Nasional Freddy Siagian, ST., M.Eng., Kepala Balai Pelaksana Penyedia Jasa Konstruksi BP2JK, dalam kegiatan ini diwakili Kasubag Umum dan TU BP2JK Wilayah Sultra.
Ikut hadir Ketua Panitia Kegiatan ini Kadis Sumber Daya Alam dan Bina Marga Sultra, Ir. H. Burhanuddin, dan hampir seluruh kepala dinas hadir. Juga hadir Kepala Biro Umum Setda Sultra Abdul Rajab, ST., M.Si., Biro Hukum Setda (Kabag Bantuan Hukum dan HAM) H. Kamari, SH., dan para Sekretaris Dinas Ketahanan Pangan Prov. Sultra dan Sekretaris Dinas ESDM.
[GALERI FOTO] Rapat Koordinasi Teknis Kepekerjaan Umuman se-Sulra Tahun 2022
“Saya berharap melalui penyelenggarakan Rapat Koordinasi Teknis Ke-PU-an ini, kita bisa saling tukar informasi dan melakukan pembahasan secara mendalam, tekait kondisi dan rencana pembangunan infrastruktur yang ada di seluruh wilayah Sulawesi Tenggara. Saya pun berharap, dengan pertemuan para pelaku pembangunan infrastruktur di Bumi Anoa Sulawesi Tenggara pada Rakornis ini, pertumbuhan perekonomian masyarakat dan daerah, dapat bersama kita wujudkan,” kata Gubernur Ali Mazi mengawali sambutannya.
Kita tahu bahwa infrastruktur terutama infrastruktur jalan dan jembatan menjadi urat nadi perekonomian suatu wilayah. Ibarat tubuh, jika urat nadinya tersumbat, maka ada bagian tubuh tertentu yang sakit. Begitu juga kalau ada jalan atau jembatan yang rusak, maka akan menimbulkan gangguan ekonomi di suatu wilayah. “Oleh karena itu, saya sampaikan ke segenap insan ke-PU-an, baik dari pusat, maupun di lingkup pemerintah daerah (Dinas Provinsi dan Kabupaten/Kota) untuk selalu memperhatikan kondisi jalan kita jangan sampai ada yang tidak terpelihara apalagi terputus,” ujar Gubernur Ali Mazi.
Fokus membangunan infrastruktur merupakan komitmen Gubernur Ali Mazi selaku Gubernur Sultra bersama Wakil Gubernur Sultra, Dr. H. Lukman Abunawas, SH. M.Si, MH., maka sejak awal kepemimpinan, tidak hanya memperbaiki jalan yang sudah ada, untuk meningkatkan ekonomi wilayah, juga berupaya untuk merealisasikan pembangunan jalan dan jembatan baru, seperti: Jalan Wisata Kendari-Toronipa, Jalan By Pass Baubau, Jalan Wabula, Jalan Siontapina, Jembatan Buton – Muna (TONA) bahkan jembatan yang menghubungkan pulau Sulawesi dengan pulau Muna sudah dirintis mulai dari sekarang.
Sulawesi Tenggara memiliki jalan cukup panjang, lebih dari 10.000 Km, dan memiliki deposit Aspal Buton yang begitu besar. Berbagai aturan terkait dengan penggunaan Aspal Buton sudah disiapkan. Sebagai tuan rumah Aspal Buton, Sulawesi Tenggara harus menjadi pilot project. Sulawesi Tenggara harus bisa memberi contoh kepada daerah lain dalam hal penggunaan Aspal Buton. Jangan sampai daerah lain sudah menggunakan Aspal Buton, justru Sultra yang tertinggal. Oleh karena itu semua daerah harus memiliki komitmen yang sama dalam penggunaan Aspal Buton ini.
“Selain memperbaiki jalan-jalan di daerah kita, yang juga tidak kalah penting adalah kita harus memperhatikan infrastruktur pendukung pusat-pusat produksi, agar ekonomi masyarakat dapat meningkat. Untuk daerah pertanian misalnya, harus diperhatikan infrastrukturnya seperti bendungan, jaringan irigasi, jalan usaha tani, termasuk menyiapkan kebutuhan sarana produksinya,” kata Gubernur Ali Mazi.
Untuk kawasan pantai harus diperhatikan infrastruktur yang dibutuhkan untuk memudahkan para nelayan meningkatkan produksinya seperti dermaga, tambat labuh perahu, pengaman pantai, jaringan irigasi tambak, termasuk peningkatan sistem tangkap yang lebih modern.
Untuk kawasan permukiman harus diperbaiki kualitas lingkungannya, dilengkapi sarana prasarana dan utilitas permukimannya, supaya masyarakat tetap sehat dan mampu bekerja untuk memenuhi kebutuhan hidupnya
Disadari bersama, bahwa aspek kesehatan sangat penting. Oleh karena itu, wajib menjaga kesehatan dan perlunya fasilitas kesehatan yang memadai, salah satunya adalah membangun bangun rumah sakit jantung, pembuluh darah dan otak setinggi 17 lantai, serta patung Oputa Yii Koo yang Insyaa Allah tidak lama lagi akan selesai pembangunannya. Rumah sakit tersebut akan dilengkapi dengan peralatan canggih berstandar internasional, tidak kalah dengan rumah sakit serupa yang di Jakarta maupun di luar negeri, yang diharapkan menjadi rumah sakit rujukan khususnya di Kawasan Timur Indonesia.
“Untuk menjaga kesehatan dan memfasilitasi kebutuhan generasi muda, sarana olah raga juga kita perhatikan. Sekarang kita sedang merehabilitasi Stadion Olah Raga Lakidende. Gelanggang Pemuda untuk meningkatkan peran kaum milenial dalam mengembangkan dirinya. Kita juga sedang membangun Sirkuit Balap Motor berstandar internasional. Jadi bukan hanya pembalap lokal saja yang akan berlomba di sini, tapi pembalap dari luar pun akan datang,” kata Gubernur Ali Mazi.
Untuk meningkatkan Sumber Daya Manusia di Sulawesi Tenggara, juga telah dibangun Perpustakaan Modern Sultra. Bangunan fisik 7 lantai sudah rampung, tinggal penataan interior dan lansekap. Perpustakaan ini nantinya akan kita lengkapi dengan peralatan audio visual yang canggih.
Dengan berbagai fasilitas bertaraf internasional yang dibangun di Sulawesi Tenggara, termasuk dengan keberadaan kawasan industri, kedepannya akan banyak orang berkunjung ke Sulawesi Tenggara. Untuk itu kita juga sedang menyiapkan kawasan pariwisata seperti Ancol di Kawasan Toronipa. Kawasan ini nantinya akan terintegrasi dengan kawasan pariwisata yang lain seperti Bokori, Hoga, Saponda, Labengki, Pantai Namu, Wakatobi dan juga lokasi wisata lainnya. Jadi kalau ada wisatawan luar datang ke Sulawesi Tenggara, tidak hanya datang di satu tempat saja, tetapi akan berkunjung ke beberapa tempat wisata dalam satu rangkaian.
Untuk bisa merealisasikan berbagai infrastruktur ini, dan juga dalam meningkatkan akselerasi pembangunan, kita tidak bisa kerja sendiri-sendiri. Semua pihak harus bekerja sama untuk membangun infrastruktur yang handal, berkualitas, sehingga dapat memberikan manfaat maksimal bagi masyarakat Sulawesi Tenggara.
“Berangkat dari hal-hal yang telah saya uraikan di atas, diharapkan melalui rakornis ke-PU-an ini, pembangunan infrastruktur di Sulawesi Tenggara dapat terbangun lebih sinergis, bisa lebih cepat terealisasi dan saling mendukung antara yang dibangun, baik melalui pembiayaan APBN, APBD Provinsi maupun APBD Kabupaten/Kota,” ujar Gubernur Ali Mazi menutup sambutannya.
Penggunaan Aspal Buton
Asosisasi Pengembang Aspal Buton Indonesia (ASPABI) dituntut untuk meningkatkan efisiensi pengaplikasian pemakaian aspal agar bisa diminati oleh pengguna jasa di Sultra. Beberapa pihak beranggapan kekurangan tersebut membuatnya masih kalah bersaing dengan Aspal Minyak impor.
Salah satu tuntutan tersebut datang dari Kepala Dinas Perumahan Rakyat, Kawasan Permukiman, dan Pertanahan, Muhammad Nurjaya, ST., MT., menyoroti kurang praktisnya pengaplikasian Aspal Buton. “Meskipun sama-sama siap pakai, tapi pengaplikasian Aspal Minyak impor masih lebih mudah, tidak banyak embel-embelnya (seperti Aspal Buton). Akhirnya menjadi kurang diminati,” katanya saat Rapat Koordinasi (Rakor) Teknis Ke-PU-an dan Sosialisasi Sisten Informasi Pengelolaan Data Base Jalan Daerah se-Sultra.
Ia menambahkan, kurangnya pemanfaatan teknologi dalam pengembangan Aspal Buton juga memengaruhi minat pengguna jasa. Padahal menurutnya, jika teknologinya ditingkatkan, Aspal Buton bisa dipakai sebagai aspal kelas satu mengingat kekuatan konstruksinya yang kuat.
Ketua ASPABI Ir. Dwi Putranto, MA., mengakui kelemahan dari Aspal Buton tersebut. Ia menyebut hal itu berkaitan dengan kententuan peralatan yang telah diatur dalam Permen PUPR Nomor 18/PRT/M/2018 Tahun 20218 tentang Penggunaan Aspal Buton.
“Kami harus mengikuti aturan dalam Permen (PUPR) tentang mekanisme produksi campuran beraspal panas atau Asphalt Mixing Plant (AMP),” ungkap Dwi Putranto.
Menurut Dwi Putranto, pihaknya akan rutin melakukan sosialisasi kepada penyedia jasa atau peserta tender agar tidak salah paham tentang masalah tersebut. “Dengan harga yang lebih murah tapi tetap dengan kualitas yang terbaik, sudah seharusnya Aspal Buton menjadi tuan rumah di negeri sendiri,” tambah Dwi Putranto.
Aspal Buton B 50/30 empat bagian setara dengan dengan satu bagian Aspal Minyak Curah hanya seharga Rp6,8 juta di Kota Kendari. Jauh di bawah harga Aspal Minyak tersebut yang mencapai Rp10 juta.
Memang ada pengurangan kapasitas produksi AMP jika menggunakan Aspal Buton B 50/30 yang berdampak meningkatnya penggunaan BBM. Tapi itu sebanding dengan nilai ekonomis dan pertumbuhan.
Data ASPABI, saat ini di Sultra telah beroperasi enam perusahaan yang memproduksi Aspal Buton olahan yakni PT. Wika Bitumen (Buton), PT. Putino Bintech (Buton/Kendari), PT. Aspal Buton Nasional (Kendari), PT. Kartika Prima Abadi (Buton), PT. Dua Tiga Sejahtera (Kendari), dan PT. Bumi Mitra Buton Abadi (Buton). Dengan total pertahun bisa memproduksi jenis Aspal B 5/20 sebanyak 66 ribu ton, B 50/30 sebanyak 186 ribu ton, CPHMA sebanyak 360 ribu ton, dan Aspal Buton murni sebanyak 102 ribu ton. []
Ilham Q. Moehiddin
Juru Bicara Gubernur Sultra
*Foto: JGS/Ari Ardiansyah © 2022