Pembicaraan mengenai pemanfaatan Asbuton bergulir secara maraton. Sejak Menteri PU Joko Kirmanto mengeluarkan Surat Edaran (SE) Menteri PU No.05/SE/M/2013 tentang Pedoman Pelaksanaan Lapis Penetrasi Makdam Asbuton (LPMA-Asbuton), hingga berganti nomenklatur menjadi Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) yang dipimpin Menteri Basuki Hadimuljono, pembicaraan Asbuton berlanjut ke tingkat kepresidenan.
Tidak kurang dari tiga SE mengenai pemanfaatan Asbuton oleh KemenPUPR, yakni: SE Menteri PUPR No.28/SE/M/2015 tentang Pedoman Pelaksanaan Asbuton Campuran Asbuton Panas Hampar Dingin (CPHMA); SE Menteri PUPR No.39/SE/M/2015 tentang Pedoman Pelaksanaan Lapis Tipis Asbuton Butur (Butur Seal); dan SE Dirjen Bina Marga No. 06/SE/Db/2019 tentang Spesifikasi Umum Bina Marga 2018.
Namun, salasatu tujuan pemanfaatan Asbuton adalah mengurangi ketergantungan Indonesia terhadap Aspal Minyak yang diimpor setiap tahun. Nampaknya ketergantungan tersebut akan segera teratasi dengan pemanfaatan Asbuton secara gradual. Pemakaian Asbuton akan terus ditingkatkan dalam tempo lima tahun ke depan, semisal kebutuhan Asbuton guna membangun jalan Nasional akan meningkat dari 70.000 ton hingga 400.000 ton di tahun 2023. Begitu pun jumlah produksi Asbuton juga akan ditingkatkan dari 200.000 ton, meningkat menjadi 3.400.000 ton di tahun 2023, dan substitusi terhadap Aspal Minyak sebesar 25 persen setiap tahun.
Presiden Joko Widodo memandang perlunya optimalisasi sumber daya alam ini untuk pemanfaatan di dalam negeri, sekaligus menekan kebutuhan impor aspal minyak yang nilai impornya telah mencapai hampir USD700 juta.
Di tahun 2021 ini, Menteri PUPR Basuki Hadimuljono sangat menghormati komitmen untuk mengurangi importasi Aspal Minyak sebanyak 500 ton pada tahun 2021. Intensitas penggunaan Asbuton oleh Kementerian PUPR untuk pembangunan dan preservasi jalan berkat Permen PUPR Nomor 18 Tahun 2018 tentang penggunaan Asbuton untuk Pembangunan dan Preservasi Jalan.
Tidak membuang kesempatan baik tersebut, Gubernur Ali Mazi mengadakan rapat koordinasi (rakor) membahas Asbuton untuk pertama kali pada Mei 2019, disusul rakor berikutnya pada November 2020. Dua rakor tersebut menghasilkan kesepakatan yang berkesinambungan dengan pokok percepatan pemanfaatan Asbuton secara Nasional pada tahun 2021, yang uji cobanya sudah dilakukan pada tahun 2020 dengan penggunaan di ruas-ruas jalan utama di pulau Jawa dengan hasil sangat memuaskan.
Optimalisasi SDA Indonesia untuk Pemanfaatan Dalam Negeri
Melalui konferensi video, rakor ketiga yang dilakukan Selasa 19 Januari 2021, mengenai Implementasi Penggunaan Aspal Buton pada Jalan Nasional/Proyek Nasional di Berbagai Daerah Indonesia yang dipimpin langsung Menko Marves Luhut Binsar Pandjaitan bersama Gubernur Sulawesi Tenggara H. Ali Mazi, SH., dan perwakilan KemenPUPR, berbuah kesepakatan yang menguntungkan.
Dalam waktu dekat Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi akan berkunjung ke Kabungka dan Lasalimu Kabupaten Buton untuk memastikan kesiapan Pelabuhan Kebutuhan Khusus dan jumlah produksi Asbuton yang akan digunakan untuk pembangunan 1.000 kilometer jalan Nasional di seluruh Indonesia.
Rakor ini, selain diikuti seluruh leading sector Kedirjenan, Kementerian dan Asosiasi Pengusaha Asbuton, juga dihadiri sejumlah Organisasi Perangkat Daerah dan Kebiroan di lingkup Pemprov Sultra, antara lain Sekda Prov. Sultra Nur Endang Abbas, Asisten I Setprov Sultra Basiran, Kadis Sumber Daya dan Bina Marga Prov. Sultra Abdul Rahim, Kadis Perhubungan Prov. Sultra Hado Hasina, Karo Administrasi Perekonomian Setprov Sultra Yuni Nurmalawati, Karo Administrasi Pembangunan Setprov Sultra Belli H. Tombili, Kadis Pertambangan dan ESDM Prov. Sultra Andi Azis.
[GALERI] Rakor Implementasi Asbuton pada Jalan Nasional di Indonesia
Kepada Menko Marves, Gubernur Ali Mazi masih tetap meminta agar Sultra dijadikan pilot project pembangunan 1.000 kilometer jalan menggunakan Asbuton, agar dapat menjadi contoh pengerjaan jalan dengan pelapisan Asbuton yang berkualitas.
“Pengelolaan Asbuton bisa dialokasikan di mana saja dan akan didiskusikan lebih lanjut. Namun jelas penggunaan Asbuton akan direalisasikan pada bulan April atau Mei 2021 mendatang,” kata Menteri Marves Luhut.
Menjawab pertanyaan Menko Marves Luhut, Bupati Buton La Bakry menyatakan kesiapan produk Asbuton sebanyak 465.000 ton untuk pengaspalan 1.000 kilometer jalan di seluruh wilayah Indonesia. Saat ini telah siap enam perusahaan yang selama ini mengolah Asbuton. Namun kesiapan pengapalan Asbuton masih sedikit terkendala kondisi Pelabuhan Penggunaan Khusus, yang masih harus direklamasi bagian opritnya agar tongkang leluasa melakukan pemuatan.
Gubernur Ali Mazi juga mengusulkan pengembangan dan pengaspalan jalan produksi dari Kabungka (lokasi tambang dan produksi Asbuton) menuju Pelabuhan Nambo di Kecamatan Lasalimu, sepanjang 29 kilometer. Pelabuhan Nambo akan dijadikan Pelabuhan Penggunaan Khusus yang masih membutuhkan waktu satu atau dua bulan ke depan untuk penyelesaian.
“Kita mendekati pencapaian yang luar biasa sejak Asbuton dipromosikan secara Nasional. Kita punya banyak sumber daya alam selain emas. Kita juga punya gas dan minyak bumi. Punya deposit aspal yang luar biasa banyaknya. Secara Nasional, Asbuton akan digunakan tahun ini. Saya optimis, Sultra mulai menambah incomenya tahun 2021,” kata Gubernur Ali Mazi.
Membangun Jalan 793 Km di 25 Provinsi
Mendorong percepatan pengembangan dan penggunaan Asbuton untuk pembangunan infrastruktur yang berkelanjutan secara Nasional, Presiden Joko Widodo memang sejak awal langsung merespon gagasan Gubernur Ali Mazi dan Menko Marves Luhut.
Presiden Joko Widodo mendorong peningkatan pemanfaatan Asbuton dalam negeri secara terintegrasi, baik dari sisi regulasi, transportasi, hingga sisi keekonomiannya. Tujuannya, selain untuk dapat memenuhi kebutuhan dalam negeri, mengurangi ketergantungan impor Aspal Minyak, penghematan devisa, meningkatkan kualitas Asbuton, juga memperluas peluang Asbuton di ekspor ke luar negeri. Kepastian produksinya harus masif, produknya berstandard Internasional dan SNI, dan berkelanjutan.
Pemerintah Pusat berkomitmen agar Asbuton dapat ditingkatkan produksinya, juga kesinambungannya, agar dapat dimanfaatkan lebih banyak lagi untuk mendukung Pembangunan Infrastruktur Nasional yang saat ini sedang dikejar oleh pemerintah, guna semakin mendorong roda perekonomian masyarakat.
Total deposit Asbuton diperkirakan sebesar 663 juta ton, dan memiliki manfaat antara lain sebagai; aditif aspal, substitusif aspal, dan memenuhi kebutuhan aspal Nasional lebih dari 100 tahun, serta dapat membuka lapangan kerja lebih luas.
Pada tahun 2020, Asbuton telah digunakan di 25 Provinsi dengan total 42.871 ton untuk penanganan jalan sepanjang 793 Km.
Menteri PUPR Basuki Hadimuljono mengatakan pemanfaatan Asbuton untuk pembangunan dan penanganan jalan merupakan bagian dari pelaksanaan kebijakan penggunaan produk dalam negeri. Peningkatan dan pembangunan jalan bertujuan untuk memberikan kelancaran, keselamatan, keamanan, juga kenyamanan perjalanan pengendara. “Kondisi jalan yang semakin baik akan menunjang perekonomian masyarakat,” ujar Menteri Basuki.
Asbuton tidak sama dengan Aspal Minyak dari sisi teknologi. Teknologi Asbuton terus dikembangkan oleh Kementerian PUPR, baik dari sisi jaminan kualitas dan teknik penghamparan, di antaranya Cold Paving Hot Mix Asbuton (CPHMA), Lapis Penetrasi Macadam Asbuton (LPMA), Campuran Beraspal dengan Asbuton, Butur Seal, Cape Buton Seal, dan Asbuton Campuran Aspal Emulsi.
Hingga saat ini, progres pemanfaatan Asbuton untuk Infrastruktur Nasional T.A. 2020 sebesar 80 persen. Jalan nasional sepanjang 173 Km yang sedang dikerjakan di Sulawesi Tengah sepenuhnya menggunakan Asbuton.
Asbuton memiliki potensi pemanfaatan per tahun sebesar 167.182 ton. Artinya 25 persen akan diserap untuk peningkatan dan pembangunan jalan Nasional. Panjang jalan yang ditangani dengan overlay (pelapisan ulang) setiap tahun, yakni; jalan Nasional 1.120 Km, jalan Provinsi 220 Km, dan jalan Kabupaten 1.822 Km.
Teknologi pemanfaatan Asbuton yang populer digunakan adalah CPHMA yang merupakan produk campuran beraspal siap pakai. CPHMA memiliki beberapa keunggulan dibandingkan dengan campuran sejenis, antara lain; konstruksi perkerasan yang lebih merata dan homogen serta kerataan permukaan yang lebih baik.
Pencampuran dilakukan secara pabrikasi, kemudian didistribusikan dalam bentuk kemasan dan selanjutnya dihampar dan dipadatkan secara dingin (pada temperatur udara). Teknologi ini bermanfaat untuk pembangunan jalan di daerah terpencil dan pulau-pulau kecil yang tidak memiliki akses ke alat pencampur aspal (Asphalt Mixing Plan; AMP).
Material Utama Infrastruktur Jalan Indonesia
Pada 2 September 2020 lalu, Pemkab Kulonprogo bersama produsen Asbuton, PT. Jawa Buton Nusantara (JBN) mengecek kondisi ruas jalan di Kalurahan Sendangsari, Kapanewon Pengasih, yang dilapisi Asbuton. Uji coba ini sangat memuaskan. Sebab, aspal berteknologi Asbuton yang melapisi jalan tersebut sejak dua tahun terakhir (sejak 26 Juni 2018) tidak menunjukkan tanda-tanda kerusakan.
Lapisan Asbuton pada jalan yang diuji coba itu mencapai ketebalan tiga sentimeter. Ketahanan Asbuton melebihi Aspal Minyak yang pemeliharaannya harus dilakukan setiap tahun. Hasil evaluasi dan analisis dalam uji coba itu akan dijadikan pertimbangan apakah Asbuton bisa digunakan untuk pembangunan jalan di seluruh Kulonprogo.
Direktur Utama PT. JBN, Dirjaya, mengaku puas dengan hasil pengecekan sampel Asbuton di Kulonprogo. Menurutnya, selama 2,5 tahun digunakan, Asbuton tidak menunjukkan tanda-tanda kerusakan. Asbuton memiliki kualitas yang lebih baik dibandingkan Aspal Minyak. Asbuton memiliki tingkat keawetan yang tinggi. Makin lama digunakan aspal semakin halus. Adapun puncak kehalusan itu tercapai pada tahun kedua penggunaan. Kerusakan baru terlihat di tahun keempat dengan persentase kerusakan mencapai 10 persen, kemudian di tahun kelima sekitar 15 persen, setelah itu baru dilakukan overlay.
Selain awet, penggunaan Asbuton lebih efisien. Sebab, tinggi lapisan jika menggunakan Asbuton hanya setebal tiga sentimeter, jauh lebih sedikit dibanding Aspal Minyak yang mencapai lima sentimeter. Terpenting soal harga, di mana Asbuton tidak terpengaruh fluktuasi harga minyak, sehingga dalam sistem penganggarannya lebih valid.
Asisten Deputi Bidang Sumber Daya Mineral, Energi dan Nonkonvensional, Amalyos, yang melakukan peninjauan lapangan mengenai Kesiapan Infrastruktur Pengelolaan dan Distribusi Asbuton, pada Mei 2019, telah merampungkan sejumlah telaah masalah dalam tata kelola Asbuton.
“Arahan presiden untuk mengoptimalkan Asbuton, maka dari sisi regulasi akan kita dorong. Kita akan susun road map ke depan agar ada tata kelola yang baik untuk Asbuton ini,” kata Amalyos.
Dari kunjungan ke Kabungka dan Lasalimu, Tim Sumber Daya Mineral, Energi dan Nonkonvensional menemukan beberapa masalah, semisal masalah perizinan, masalah logistik, dan lainnya. Selain kualitas Asbuton yang tidak perlu diragukan lagi, maka cost logistic Asbuton yang mencapai 30 persen lebih itu, akan lebih diefisienkan, agar harga Asbuton menjadi lebih kompetitif.
Asbuton diangkut menggunakan kapal yang sandar di pelabuhan Tanjung Perak, selanjutnya diangkut menuju pabrik-pabrik pengolahan di Jawa Timur. Ada beberapa pabrik pengolahan Asbuton di Indonesia, paling banyak di Surabaya. Pelabuhan Tanjung Perak adalah hub terbesar dalam distribusi Asbuton baik untuk kebutuhan Nasional maupun ekspor. Efisiensi juga akan dilakukan dalam skema pengangkutan. Terungkap biaya angkut untuk ekspor ke Korea Selatan lebih murah daripada biaya angkut ke Papua. Solusi efisien akan dilakukan dengan pemanfaatan tol laut.
Menurut Direktorat Jenderal Bina Marga Kementerian PUPR, zonasi bisa menekan biaya transportasi, karena pada daerah-daerah yang sedang dilakukan pembangunan jalan, produsen Asbuton dapat membuat buffer stock, agar ketersediaan Asbuton lebih terjamin.
Diketahui, PT. Pertamina (Persero) memproduksi Aspal Minyak dari kilang minyaknya di Cilacap sebesar 300 – 400 ribu ton per tahun. Padahal kebutuhan aspal Nasional sebesar 1,3 – 1,5 juta ton per tahun. Dengan demikian Pertamina hanya mampu menyediakan Aspal Minyak untuk kebutuhan domestik sebesar 20 – 30 persen saja, sisanya masih harus diimpor.
Data PT. Pertamina (Persero) menyebut, sejak tahun 2016 – 2018, nilai impor Aspal Minyak per tahun mencapai rata-rata 1.107.000 ton atau senilai USD457.191.000 (dengan nilai argus USD413 per ton). Kebijakan Presiden Joko Widodo untuk memanfaatkan Asbuton secara Nasional, akan mengurangi kebutuhan Aspal Minyak impor sehingga negara dapat melakukan penghematan biaya infrastruktur jalan secara maksimal.
Potensi Asbuton masih dapat dioptimalkan, mengingat cadangannya yang kaya serta kualitas yang sangat baik. Asbuton akan menjadi tuan di negaranya sendiri.
PT. Wika Bitumen (Persero) juga berkomitmen untuk memaksimalkan Asbuton, dengan sinergi membangun pabrik ekstraksi aspal menjadi Asbuton dan menggantikan Aspal Minyak. Kilang yang memproduksi Aspal Minyak hanya satu sehingga itulah kebijakan impor berlaku. Sejak awal tahun 2020, Pertamina dan Wika Bitumen, telah menargetkan memproduksi Asbuton dalam skala besar.
Menurut data Asosiasi Pengembang Aspal Buton Indonesia (ASPABI), total konsumsi Asbuton dalam negeri periode 2007 – 2018 hanya sebesar 407.840 ton, atau sama dengan 0,06 persen dari cadangan deposit Asbuton.
ASPABI mengungkapkan, bahwa SNI untuk Asbuton sudah ada dan tersertifikasi, dan pada tahun 2021 akan terbangun Pabrik Pemurnian Asbuton. Juga pembangunan Pabrik Pengolahan Asbuton dengan total kapasitas produksi besar, di Dumai dan Pekanbaru, bertipe Asbuton Pracampur dengan total kapasitas produksi 40.000 ton.
Di Kendari, Donggala dan Buton, Pabrik Pengolahan Asbuton bertipe B-5/20 dengan total kapasitas 48.000 ton; tipe B-50/30 dengan kapasitas produksi 252.000; tipe CPHMA yang memiliki kapasitas produksi 276.000 ton; dan tipe Asbuton Full Extract, dengan kapasitas produksi sebesar 60.500 ton.
Sedangkan Pabrik Pengolahan Asbuton di Jakarta, Bogor, Gresik, Mojosari, dan Pasuruan, bertipe Pracampur sebesar 374.000 ton; tipe B-5/20 sebesar 32.000 ton; tipe B-50/30 sebesar 93.000 ton; dan tipe CPHMA sebesar 208.000 ton.
Buton, Salasatu Sumber Aspal Dunia
Sejak ditemukannya deposit Aspal Alam terbesar dunia di tiga tempat, yakni di Kanada (diolah perusahaan Perancis), di Trinidad (diolah perusahaan Spanyol dan Inggris) dan Pulau Buton (diolah perusahaan Belanda), aspal telah digunakan untuk beragam keperluan. Sesungguhnya Aspal Alam telah digunakan manusia sejak 3.800 tahun sebelum Masehi.
Aspal juga telah digunakan pada perkerasan jalan Port of Spain di Spanyol pada tahun 1815, Pennsylvania Boulevard di Amerika Serikat pada tahun 1876, dan Buckingham Palace Mall di Inggris.
Selain tiga deposit Aspal Alam terbesar dunia di Athabasca Canada, Danau Pitch Trinidad, dan Pulau Buton Indonesia, aspal alam juga ditemukan di sejumlah tempat lain, seperti; Amerika Serikat, Venezuela, Albania, Italia, Rumania, Rusia, China, Madagaskar, Nigeria, Zaire, Siria, dan Filipina.
Kualitas Asbuton ternyata sangat baik dimanfaatkan negara lain untuk pembangunan jalan. Korea dan Jepang adalah dua negara importir Asbuton. Terkait perlindungan hak paten, baik inovasi mesin dan sistim pengolahan Asbuton, tanggung jawabnya telah diambil Kementerian Hukum dan HAM untuk memberi kepastian perlindungan hukum di pasar Internasional.
Canadian Crude Asphalt/Bitumen (CCAB) dan The Trinidad Lake Asphalt Company (TLAC) adalah dua pesaing langsung Asbuton Indonesia, dan selama ini mereka memimpin pasar Aspal Alam dunia. Maka kehadiran Asbuton diharapkan dapat menggerus pasar aspal alam yang mereka kuasai. Beberapa teknologi dan inovasi yang tidak dimiliki CCAB dan TLAC, seperti Asbuton Karet akan membuat Asbuton lebih kompetitif. Kualitasnya akan dijaga melalui sertifikasi mutu, monev, sertifikasi SNI, TKDN, dan Paten Internasional.
Selain aspal, Buton juga kaya akan gamping yang dapat diolah menjadi gypsum untuk kebutuhan farmasi, pengolahan dry ice yang dapat dimanfaatkan nelayan menjaga kesegaran ikan tangkapan. PT. Wika Bitumen juga mengembangkan Asbuton sebagai produk pelapis anti bocor dan produk-produk kebutuhan bangunan lain. Lembaga Penerapan Atom Nasional (LAPAN) telah mengembangkan Asbuton sebagai salasatu komponen bahan bakar roket.
Lebih lanjut, Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Arifin Tasrif menjelaskan langkah-langkah untuk mewujudkan Asbuton, agar dapat menjadi tuan rumah di negara sendiri. “Kita buat SNI agar campuran Asbuton bisa maksimal. Sesudah tahun 2025 kita kaji lagi dan lakukan eksplorasi tambahan, agar menjadi cadangan, sekaligus mensubstitusi impor,” ujar Menteri Arifin Tasrif.
Sejak dikeroyok oleh banyak pihak, Asbuton tak butuh waktu lama untuk siap memasuki pasar Internasional. Sejak tahun 2019 – 2020, Asbuton telah menjadi aset Infrastruktur Jalan Nasional. Tahun 2021, Pemerintah Pusat telah memproyeksikan agar Asbuton siap diekspor ke sejumlah negara pemesan.
Kementerian Dalam Negeri turut mendukung dengan kebijakan yang tertuang di dalam Permendagri Nomor 24 Tahun 2020, yang dengan tegas mengatur keharusan agar seluruh pemda di Indonesia mengutamakan Asbuton sebagai jaminan program pembangunan. []
.
Ilham Q Moehiddin
Jubir Gubernur Sulawesi Tenggara
*Foto: JGS/Frans Patadungan © 2021.