GUBERNUR Provinsi Sulawesi Tenggara (Sultra) H. Ali Mazi, SH., memberikan sambutan pada acara Pembentukan Organisasi dan Penetapan Ketua Umum Himpunan Mahasiswa Institut Teknologi Kelautan Buton, di Pasarwajo, 30 Maret 2023.
Turut hadir, antara lain Forkopimda Provinsi Sulawesi Tenggara; Sekda Provinsi Sultra, Drs. Asrun Lio, M.Hum., Ph.D.; Pj. Bupati Buton, Drs. Basiran, M.Si; Ketua DPRD dan Anggota Forkopimda Kab. Buton; Para Pejabat Pimpinan Tinggi Pratama Lingkup Pemerintah Provinsi Sulawesi Tenggara, dan Pemerintah Kabupaten Buton; Ketua Yayasan Sultra Raya Dua Ribu Dua Puluh, Alvin Akawijaya Putra bersama segenap pengurus yayasan; Rektor Institut Teknologi Kelautan Buton, Prof. Dr. Ir. H. La Sara, M.Si., Ph.D, bersama segenap keluarga besar ITK Buton; dan Sekjend HIMITEKINDO, Ridwan Rafsyanjani M..
“Bangsa ini dikaruniai oleh Allah Subhanahu Wata’ala Tuhah Yang Maha Kuasa, dengan kekayaan sumberdaya manusia dan sumberdaya alam beragam dan sangat berlimpah serta unik/khas. Kondisi ini yang tidak dimiliki oleh negara-negara lain di dunia ini. Salah satu kekayaan sumberdaya alam dimaksud terdapat di lautan,” kata Gubernur Ali Mazi.
Negara kita mempunyai luas perairan laut 5,8 juta kilometer persegi (75 persen), sedang luas daratan hanya 1,9 juta kilometer persegi (25 persen). Bangsa ini mempunyai 17.504 pulau; garis pantai terpanjang kedua di dunia, yaitu 99.149 km (setelah negara Canada).
[GALERI FOTO] Pembentukan Organisasi dan Penetapan Ketua Umum HM-ITK Buton
Perairan Indonesia merupakan perairan yang sangat strategis, karena merupakan komunikasi jalur laut dan perdagangan bahan bakar jalur laut bagi kapal-kapal yang berlayar karena posisi Indonesia berada pada persilangan dua samudera dan dua benua, yaitu masing-masing Samudera Pasifik dan Samudera Hindia yang maha kaya dengan sumberdaya kelautan dan perikanan serta diapit Benua Asia dan Benua Australia.
Peneliti dunia menyatakan bahwa perairan Indonesia merupakan pusat keragaman biologi dunia. Keadaan yang diuraikan di atas membuat Indonesia sebagai negara maritim dan negara kepulauan terbesar di dunia yang sangat kaya dengan sumberdaya hayati.
Hasil analisis kluster potensi ekonomi sumberdaya kelautan/maritim Indonesia – yang juga terdapat di Sulawesi Tenggara mencakup 11 (sebelas) sektor, yaitu:
- Perikanan Tangkap
- Perikanan Budidaya
- Industri Bioteknologi
- Sumberdaya Wilayah Pulau Kecil
- Pariwisata Bahari
- Industri Pengolahan Hasil Perikanan
- Coastal Forestry (Hutan Mangrove)
- Perhubungan Laut
- Industri dan Jasa Maritim
- Pertambangan dan Energi,
- Non-Conventional Resources
Total potensi ekonomi pada 11 sektor tersebut di Indonesia mencapai US1,338 milyar dollar pertahun (Rp19,95 trilyun) yang menyerapkan lapangan kerja 45 juta orang (40 persen total Angkatan Kerja Indonesia).
“Kontribusi ekonomi kelautan pada Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia sampai saat ini masih dibawah 30 persen, atau lebih kecil bandingkan dengan negara-negara lain yang mempunyai wilayah perairan laut lebih sempit dibandingkan dengan wilayah perairan laut Indonesia, seperti negara Thailand dan Vietnam berkontribusi 57,63 persen terhadap total PDB. Negara Korsel, Jepang, dan China yang berkontribusi 48,5 persen bagi PDB nasionalnya. Sejumlah negara di Eropa seperti Norwegia dan Islandia memberi kontribusi hampir 60 persen pada PDB,” ujar Gubernur Ali Mazi.
Minimnya kontribusi sektor ekonomi kelautan bagi PDB kita, karena masih sangat banyak potensi kelautan yang dimiliki bangsa ini belum dieksplorasi dan bahkan belum diketahui sama sekali. Potensi kelautan yang dimanfaatkan masih terbatas dan sedikit jenis dan jumlahnya. Padahal menurut kebiasaan leluhur kita bahwa sumberdaya hayati laut tersebut merupakan bahan (baku) Pangan, Farmasi (obat-obatan), Kecantikan, Pupuk Pertanian, dan Pakan Ternak. Dalam temuan pengembangan bioteknologi terakhir yang mengekstraksi senyawa bioaktif dari organisme laut untuk bahan baku industri makanan dan minuman sehat, cat film, bahan bakar terbarukan (biofuel), dan beragam industri lainnya.
Belakangan ini diketahui manfaat sumberdaya hayati laut tersebut menjadi pengendali perubahan iklim; bahan pengganti Piring – Gelas – Sendok – Garpu; Bahan Baku Tas – Dompet – Ikat Pinggang; dan lain-lain (serba berbahan dari hayati laut).
Seiring dengan perkembangan teknologi 4.0 saat ini, maka teknologi dan inovasi bidang kelautan dan perikanan juga semakin meningkat, misalnya penggunaan Robotic, Artificial Intelligent, Big Data, dan Internet of Things, yang dipraktekan pada pendugaan lokasi penangkapan perikanan, penyebaran Terumbu Karang, Padang Lamun, Hutan Bakau, kesesuaian lokasi perairan untuk usaha Budidaya Ikan, Pemasaran, dan lain-lain.
Berdasarkan tersebut, maka sangat beralasan jika Gubernur Ali Mazi menyebut bidang kelautan sebagai tumpuan masa depan Indonesia dan teknologi adalah kunci untuk pemanfaatan potensi laut tersebut.
“Sebagai Gubernur Sulawesi Tenggara, saya menaruh harapan besar dan terus mengimbau kepada Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota di Sulawesi Tenggara untuk serius memikirkan pengembangan sumberdaya kelautan di daerahnya. Bangun kerjasama dengan perguruan tinggi untuk merumuskan kebijakan rencana pengembangannya,” harap Gubernur Ali Mazi lagi.
Saat ini, Sulawesi Tenggara memiliki ITK Buton yang dikelola oleh Yayasan Sultra Raya Dua Ribu Dua Puluh, tetapi sesungguhnya ITK Buton ini adalah milik bangsa Indonesia dan milik Sulawesi Tenggara yang kampusnya berada di Pasarwajo. Oleh sebab itu, ITK Buton ini harus didukung penuh untuk berkembang menjawab persoalan kelautan yang diuraikan Gubernur Ali Mazi di atas. ITK Buton hadir untuk membantu mengembangkan kompetensi ilmu pengetahuan dan keterampilan sumberdaya manusia di daerah ini bersama stakeholder pendidikan lain meliputi pemerintah/pemerintah daerah, industri/swasta, lembaga masyarakat, dan masyarakat secara luas.
Pihak Yayasan Sultra Raya Dua Ribu Dua Puluh tentu akan semaksimal mungkin mewujudkan program ITK Buton melalui pengembangan kelautan dan perikanan di daerah ini khusus, dan Indonesia umumnya. Pengembangan hunian kampus, Laboratorium Kelautan, Laboratorium Teknologi Penangkapan Ikan, dan pengembangan Budidaya Perikanan menjadi fokus utama dalam waktu dekat ini. Yayasan Sultra Raya Dua Ribu Dua Puluh juga mengharapkan pengembangan ITK Buton tidak hanya bertumpu pada 3 jurusan yang dibuka saat ini, tetapi akan mengembangkan Jurusan Rekayasi Teknologi Kelautan, Navigasi, Pelayaran, dan lainnya.
Saat ini Yayasan Sultra Raya Dua Ribu Dua Puluh mempunyai lahan kampus seluas 7 hektar di Kelurahan Wasaga. Beberapa persiapan pembangunannya telah dilakukan. Rancangan Gedung Perkantoran, Gedung Perkuliahan, Pusat Kegiatan Mahasiswa, Laboratorium, Perpustakaan, Ruang Terbuka, Pelabuhan Kapal, dan fasilitas lainnya telah selesai dipersiapkan. Dalam waktu dekat ini pembangunan tersebut sudah dapat dimulai.
ITK Buton juga menyediakan beasiswa bagi mahasiswa yang berprestasi yang diusahakan oleh Yayasan Sultra Raya Dua Ribu Dua Puluh. Beasiswa lain akan diusahakan dari berbagai sumber. Dengan demikian, maka mahasiswa diharapkan fokus belajar agar selesai tepat waktu dan dapat menyongsong masa depan yang lebih baik.
“Saya kembali menitip harapan kepada Rektor dan segenap Sivitas Akademika ITK Buton agar mengambil peran besar mengembangan sumberdaya kelautan dan perikanan terutama di daerah Sulawesi Tenggara, agar memberikan kontribusi besar mengatasi masalah ekonomi, sosial dan lingkungan khususnya di daerah ini,” harap Gubernur Ali Mazi.
Gubernur Ali Mazi memberi apresiasi kepada kinerja Rektor dan Segenap Civitas Akademika yang terus membenahi kegiatan akademik Tridharma Perguruan Tinggi ITK Buton. Dan Gubernur Ali Mazi mengucapkan selamat atas pembentukan organisasi dan penetapan Ketua Umum Himpunan Mahasiswa Institut Teknologi Kelautan (HIMATEKA) Buton. Semoga semua berkomitmen untuk terus bersinergi dalam mendorong percepatan pembangunan sumberdaya manusia dan sumber daya kelautan kita, khususnya melalui pengembangan ITK Buton, demi mewujudkan Sulawesi Tenggara maju masa depan Indonesia, sekaligus menegaskan keberadaan Indonesia sebagai Poros Maritim Dunia.
SDA Dibidang Kelautan Sangat Luar Biasa
Gubernur Ali Mazi, selaku Pendiri Yayasan Sultra Raya Dua Ribu Dua Puluh dengan resmi mengukuhkan HIMITEKA Buton sebagai organisasi resmi kemahasiswaan ITK Buton, dan Ramli sebagai Ketua Umum HIMITEKA Buton Periode 2023-2024.
Menurut Sekretaris Jenderal HIMITEKINDO, Ridwan Rafsanjani, acara ini merupakan skala internasional dengan konsep yang membuat pertemuan mahasiswa-mahasiswa kelautan di Indonesia yang akan ada 40 universitas yang akan hadir. Oleh karna itu, organisasi ini yang berbasis maritim dan kelautan yang baru terbentuk tentunya kami menyambut baik, sehingga mulai dari kader mahasiswa baru serta mengkonsep hal-hal mengenai pendekatan dan karakter mahasiswa baru
Sekda Sultra, Asrun Lio, selaku Pembina Yayasan Sultra Raya Dua Ribu Dua Puluh membacakan 3 (tiga) poin penting dari Ketua Yayasan Sultra Raya Dua Ribu Dua Puluh, Alvin Akawijaya Putra, yaitu:
- Pertama, ketika mengikuti asesmen dari Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi (Kemendikbudristek) demi memperoleh Izin Penyelenggaraan ITK Buton, berhasil menyakinkan para profesor penguji bahwa institusi ini amat penting bahwa peran aktif dan mengambil elemen citra bakal pemanfaatan pengelolaan kelautan di sekitar perairan Pulau Buton
- Kedua, kesan Ketua Yayasan Sultra Raya Dua Ribu Dua Puluh ITK Buton, telah memiliki mahasiswa full semangat, terbukti dibuka 120 mahasiswa dari 3 jurusan yang ada. Untuk mahasiswa sebagai agen perubahan dan agen kontrol sosial dalam pembangunan harus diberikan saluran untuk meningkatkan intensitas suatu himpunan
- Ketiga, dalam waktu dekat ini akan menghadapi tahun politik mahasiswa ITK Buton sebagai insan yang mempunyai hak menentukan pilihannya.
Dilanjutkan dengan, penyerahan secara simbolis seragam ITK Buton kepada perwakilan mahasiswa oleh Gubernur Ali Mazi didampingi Rektor ITK, Pembina Yayasan dan Pj. Bupati Buton. Juga penyerahan bantuan hibah 1 (satu) paket alat selam dari Pemerintah Provinsi Sulawesi Tenggara kepada ITK Buton, serta penandatanganan berita acara
Gubernur Ali Mazi mengatakan bahwa Prof La Sara merupakan rektor pertama ITK Buton terbukti baik didalam maupun diluar, mereka berdua sudah pernah melakukan presentasi di Belgia dan Amerika Serikat sehingga kekayaan alam terkhusus dibidang kelautan yang sangat luar biasa, akan dibangun di Indonesia, Sulawesi Tenggara, Kabupaten Buton. []
Ilham Q. Moehiddin
Juru Bicara Gubernur Sultra
*Foto: JGS/Frans Patadungan © 2023