SULAWESI TENGGARA bersiap menyongsong peringatan penuh semangat dalam menyambut Hari Kemerdekaan Republik Indonesia ke-78. Parade Merah-Putih yang menawan, membentang sejauh 17 kilometer, menjadi langkah membara awal bagi perayaan besar ini. Gubernur Sulawesi Tenggara, H. Ali Mazi, SH., menghiasi acara ini dengan semangat, memberikan ruang bagi harapan dan inspirasi untuk masa depan yang lebih gemilang.
Dalam setting yang begitu bercahaya, jalan By Pass, Benuabenua, Kecamatan Kendari Barat menjadi panggung Parade Merah-Putih yang tidak terlupakan. Gubernur Ali Mazi, yang penuh antusiasme, bergabung dengan ribuan mata yang memandang, menyatukan kebanggaan dan penghargaan atas simbol kemerdekaan yang terbentang di hadapan mereka pada Selasa, 15 Agustus 2023.
Perhelatan ini juga menjadi ajang kebersamaan antara berbagai tokoh penting yang ikut bergabung menyaksikan bentangan Merah Putih, Danrem 143 Haluoleo, Brigjen TNI Ayub Akbar; serta tokoh lain seperti Danlanal Kendari, Kolonel Abdul Kadir Mulku Zahari; Kabinda Brigjen TNI Raden Toto Oktaviana; dan Danlanud Kolonel Antonius Adi Nur, menjadi sosok-sosok yang melengkapi kesatuan dalam parade yang megah.
Bukan hanya pejabat dan tokoh pemerintahan yang berpadu, tetapi juga para guru dan siswa SMA/SMK dari seluruh penjuru Sulawesi Tenggara yang ikut serta dalam perayaan ini. Sebuah lompatan melampaui batas kabupaten/kota, menuju persatuan yang menjadi sejati di bawah Bendera Merah-Putih.
Gubernur Ali Mazi merenungkan makna bendera yang berkibar sepanjang 17 kilometer oleh siswa-siswi dari 17 kabupaten/kota Sulawesi Tenggara ini. Lebih dari sekadar selembar kain. Merah-Putih adalah lambang perjuangan dan keberanian.
“Kita ingat bahwa Bendera Merah-Putih tidak hanya mewakili sepotong kain, tetapi juga harga diri kita sebagai bangsa yang merdeka dan berdaulat,” ucap Gubernur Ali Mazi menyuarakan kebanggaan yang terdalam.
Pesan Gubernur Ali Mazi ini terasa kuat dalam panggilannya untuk generasi muda. Semangat Merdeka Belajar yang telah melatih siswa-siswi untuk berinovasi dan belajar tanpa henti, dijadikan sebagai semangat untuk menghadapi masa depan yang menantang. “Dengan semangat belajar dan berinovasi, kita akan mampu menghadapi tantangan masa depan dengan kepala tegak dan hati penuh keyakinan meraih kemajuan,” sambung Gubernur Ali Mazi dengan penuh semangat.
Namun, parade ini bukan sekedar simbolik, tetapi juga mengandung makna mendalam dalam pendidikan. Siswa-siswi Sekolah Menengah Umum (SMU) dan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) se-Sulawesi Tenggara adalah tulang punggung parade ini. Dengan keahlian dalam tata busana, Bendera Merah-Putih sepanjang 17 kilometer ini adalah mahakarya mereka yang memperlihatkan cinta pada tanah air.
Inilah Sulawesi Tenggara, yang menyuguhkan pemandangan indah dari Kendari Beach-By Pass hingga melewati batas kota memasuki Konda, Kabupaten Konawe Selatan. Pada awal terbantangnya Merah-Putih, SMAN 8 Kendari mendapat kesempatan sebagai pemegang ujung titik nol dan secara resmi dilepaskan oleh Gubernur Ali Mazi.
Selanjutnya pada titik 17 Km siswa SMAN 8 Konawe Selatan berperan memegang ujung yang lain lagi. Sebagai penutup Gubernur Ali Mazi, bersama-sama dengan siswa menyanyikan lagu kebangsaan “Hari Merdeka” karya Husein Mutahar. Siswa yang dengan semangat bernyanyi, perlahan diikuti warga sekitar menambah semarak perayaan kemerdekaan dan sebagai penutup pembentangan kain Merah-Putih.
Memancarkan pesan tentang kesatuan dan semangat kemerdekaan, Parade Merah-Putih yang menggetarkan, parade yang penuh semangat, sebuah karya seni yang menjalin bendera dan hati rakyat dalam sebuah tali persatuan yang tak tergoyahkan.
Sementara itu, Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Provinsi Sulawesi Tenggara, Yusmin, pada saat ditemui dalam wawancaranya, membenarkan bahwa Parade Merah-Putih sepanjang 17 kilometer tersebut merupakan mahakarya jahitan dari siswa-siswi SMK Kejuruan Tata Busana dari 17 kabupaten/kota.
“Itu anak-anak sendiri yang jahit dengan bendera yang 17 kilometer itu, bendera yang dibentang itu dari titik nol Kendari (Kendari Beach) sampai dengan di Konda,” ujar Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Sultra, Yusmin.
Yusmin juga menambahkan bahwa parade Merah-Putih ini juga sejalan dengan Kurikulum Merdeka Belajar yang mengajarkan tentang Pancasila.
“Ini tetap dihitung sebagai pembelajaran kurikulum, karena di dalam kurikulum Merdeka Belajar, ada namanya Pancasila tentang Nasionalisme, Patriotisme, dan hari ini kita buktikan itu,” jelas Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Sultra, Yusmin. []
Ilham Q, Moehiddin
Jubir Gubernur Sulawesi Tenggara