KEPADA semua pihak agar tidak menjadikan pembangunan Tugu Pahlawan Nasional, Sultan Himayatuddin Muhammad Saidi (Oputa Yi Koo), khususnya yang akan dilaksanakan di Kota Kendari sebagai sebuah pertentangan dan perdebatan. Demikian pernyatan terbuka itu ditegaskan Penjabat Sekretaris Daerah Prov. Sulawesi Tenggara, Drs. Asrun Lio, M.Hum., Ph.D.
Sebaliknya, Pj. Sekda Sultra, Asrun Lio, mengajak seluruh masyarakat Sulawesi Tenggara dari berbagai lapisan untuk bersama-sama menjadikan Pahlawan Nasional asal Sulawesi Tenggara yang telah resmi ditetapkan oleh negara melalui Keputusan Presiden (Keppres) Nomor 120/tk/2019 Tanggal 7 November 2019 tersebut, sebagai milik dan kebanggaan bersama serta simbol pemersatu.
“Oputa Yi Koo adalah Pahlawan Nasional asal Provinsi Sulawesi Tenggara dan monumennya bisa dibangun dimana saja di Bumi Anoa ini. Kendari ini kan Ibu Kota Provinsi Sulawesi Tenggara jadi monumen Pahlawan Nasional ini telah selayaknya dibangun di ibu kota provinsi termasuk di daerah tempat dilakukannya perjuangan Sultan Himayatuddin Muhammad Saidi yakni di Kota Baubau,” ucap Pj. Sekda Sultra, Asrun Lio, Kamis 27 Oktober 2022.
Menurut Pj. Sekda Sultra, Asrun Lio melanjutkan, layaknya daerah-daerah lain di Nusantara yang memiliki tokoh pahlawanan nasional dan diakui secara resmi oleh negara dan tetap mendapatkan perhatian penting dari pemerintah daerah untuk mengabadikannya, baik itu dalam bentuk tertulis seperti literasi hingga monumen-monumen seperti tugu, patung, dan berbagai bentuk perhatian lainnya.
“Maka dari itu dengan tokoh pahlawan nasional asal Sulawesi Tenggara tersebut, yakni Sultan Himayatuddin Muhammad Saidi (Oputa yi Koo) bahwa pengajuan Sultan Himayatuddin Muhammad Saidi atau Oputa Yi Koo sebagai pahlawan nasional di Jakarta tidaklah mudah,” ujar Pj. Sekda Sultra, Asrun Lio.
Sebab, lanjutnya terdapat persaingan ketat dengan sejumlah tokoh pahlawan nasional lainnya di nusantara. Sebab pahlawan asal Sulawesi Tenggara ini, memiliki histori kepahlawan cukup tinggi dan mengalahkan sejumlah tokoh pahlawan nasional lainnya di nusantara. Kemudian Sultan Himayatuddin Muhammad Saidi dinobatkanlah sebagai pahlawan nasional, melalui Keputusan Presiden (Keppres) Nomor 120/tk/2019 Tanggal 7 November 2019.
Selain itu, Pj. Sekda Sultra, Asrun Lio mengungkapkan, meskipun saat ini baru terdapat satu orang tokoh pahlawan asal Sulawesi Tenggara yang mendapatkan pengakuan secara resmi oleh negara, namun tidak menutup kemungkinan kedepan akan bertambah lagi tokoh pahlawan nasional asal Sulawesi Tenggara, dan monumennya bisa dibangun di mana saja di wilayah Bumi Anoa ini.
“Jika kedepan terdapat lagi tokoh pahlawan asal Sulawesi Tenggara yang berhasil ditetapkan sebagai pahlawan nasional, maka tanah di Kota Kendari masih cukup luas untuk dilakukan pembangunan monumennya, termasuk di daerah tokoh pahlawan tersebut melakukan perjuangan,” tutur Pj. Sekda Sultra, Asrun Lio.
Pj. Sekda Sultra, Asrun Lio juga mengakui, dalam pembangunan tugu pahlawan nasional tersebut, tidak semua orang mampu melaksanakannya. Harus bisa didesain mirip dengan aslinya dan mampu bertahan hingga puluhan tahun bahkan ratusan tahun kedepan, sehingga selain literasi yang telah dilakukan, juga secara fisik dapat dikenang oleh generasi selanjutnya.
Sementara terkait pembangunan tugu ini, tidak perlu khawatir karena pemerintah dalam melaksanakan setiap program pembangunannya, tetap melalui pengawasan, evaluasi, dan semuanya wajib dipertanggungjawabkan. “Jadi saya mengajak dan meminta kepada semua pihak agar menjadikan pahlawan nasional asal Sulawesi Tenggara ini sebagai kebanggaan bersama dan simbol pemersatu,” sambung Pj. Sekda Sultra, Asrun Lio.
Perlu diketahui Sulawesi Tenggara juga punya pahlawan nasional yang telah diakui oleh negara. Hal ini seperti semangat Gubernur Sulawesi Tenggra, H. Ali Mazi, SH., bersama wakilnya, Lukman Abunawas, dalam membangun Sulawesi Tenggara dalam lima tahun, melalui gerakan pembangunan terpadu wilayah daratan dan lautan/kepulauan atau GARBARATA.
Penetapan Sultan Himayatuddin Muhammad Saidi atau Oputa Yi Koo menjadi pahlawan nasional membutuhkan proses dan waktu panjang serta energi cukup besar. Hal ini juga bisa menjadi semangat untuk mengangkat tokoh-tokoh pahlawan asal Sulawesi Tenggara lainnya untuk mendapat pengakuan oleh negara.
“Selain tugu, Pemprov Sultra juga telah mendesain berbagai program strategis penanaman dan pewarisan nilai spirit, perjuangan, dan kepemimpinan Oputa Yi Koo kepada generasi muda, utamanya program sosialisasi yang masif, serta upaya memasukan sejarah Sulawesi Tenggara, Sultan Himayatudin Muhammad Saidi sebagai salah satu materi pembelajaran,” ucap Pj. Sekda Sultra, Asrun Lio.
Pj. Sekda Sultra, Asrun Lio menambahkan, dengan mengutip ucapkan Gubernur Ali Mazi bahwa banyak kandungan nilai, makna filosofi, cerita, dan peristiwa sejarah yang bisa ditelusuri, diteliti, dan dimaknai dari perjalanan Oputa Yi Koo. Keberaniannya melawan segala bentuk penindasan serta penghianatan, memicu optimisme dan semangat patriotisme para pengikutnya. Dua kali menjabat sultan, memberi pertanda betapa demokratisnya sistem pemerintahan kita dimasa lalu.
Perjalananya hampir serupa dengan perjalanan Gubernur Ali Mazi. Oputa Yi Koo bukan hanya milik Kesultanan Buton semata, tetapi menjadi kebanggaan masyarakat Sulawesi Tenggara, negara, serta Bangsa Indonesia. “Semoga spirit kepahlawanan dan model kepemimpinan Sultra Himayatuddin Muhammad Saidi menginspirasi generasi dan menjadi panutan pemimpin Sulawesi Tenggara dimasa-masa yang akan datang,” pungkas Pj. Sekda Sultra, Asrun Lio. []
Ilham Q. Moehiddin
Juru Bicara Gubernur Sultra