Kearifan budaya dan tradisi Buton sesungguhnya sudah mendapat tempat istimewa dalam sejarah Nusantara dan dunia. Buton dikenal dalam sejarah Nasional karena tercatat dalam naskah Negara Kertagama karya Prapanca pada tahun 1365 Masehi yang menyebut Butuni (Buton) sebagai negeri keresian atau tempat tinggal para resi di mana terbentang taman dan didirikannya lingga serta saluran air.
Tetapi Buton tidak sekadar suatu fenomena sejarah. Buton adalah budaya, tradisi, dan keindahan alamnya sekaligus. Hal-hal penting yang kemudian mendorong banyak pihak hari ini untuk menjaga dan meningkatkan kualitas peradaban masyarakat lokal Kepulauan Buton, melalui sinergitas pariwisata agar peradabannya tetap mampu beradaptasi dengan segala situasi dan kondisi dunia, terlebih Covid yang kini sedang menjadi pandemik.
Bencana Non-Alam Pandemi Covid-19 mengharuskan kita untuk melakukan banyak perubahan dalam hubungan sosial sehari–hari. Menurut Gubernur Sultra, H. Ali Mazi, SH., kondisi ini merupakan dinamika kehidupan yang akan melahirkan peradaban baru, sehingga harus diselaraskan dengan peradaban masyarakat Buton; mulai dari hubungan antar keluarga/masyarakat, kearifan lokal, serta seni-budaya yang tumbuh dan berkembang, yang kental dengan nilai-nilai kebersamaan dan keakraban. Perbauran dan bekerja bersama adalah salah satu ciri khas dan identitas peradaban masyarakat lokal Kepulauan Buton yang telah terwariskan secara turun-temurun.
Hal-hak pokok itulah yang disampaikan Gubernur Ali Mazi, dan kemudian direspon para narasumber dan peserta webinar “Sinergitas Pariwisata di Kepulauan Buton untuk Menjaga Peradaban di Tengah Pandemi Covid-19”, diselenggarakan oleh Dewan Pimpinan Daerah Mahasiswa Pembangunan Indonesia (DPD-MPI) Provinsi Sultra.
Selain dihadiri Gubernur Ali Mazi yang sekaligus membuka seminar virtual ini, juga hadir sebagai keynote speaker; Hilmar Farid, Ph.D., Dirjend Kebudayaan Kemendikbud Republik Indonesia, dan empat narasumber utama, antara lain; Drs. Asrun Lio, M.Hum. Ph.D, (Plt. Kadis Dikbud Provinsi Sultra); Dr. Tasrifin Tahara (akademisi Universitas Hasanuddin); Dr. Sumiman Udu, MA. (Rektor Universitas Muslim Buton); Dr. Laode Abdul Munafi, M.Si. (akademisi Unidayan Baubau); dan Imran Kudus, S.Pd. M.Sc (akademisi Universitas Muhammadiyah Buton).
Seminar virtual ini juga diikuti dan disaksikan sejumlah tokoh, antara lain; Ir. Hugua, Anggota DPR-RI, sekaligus Ketua PHRI Sultra; Ketua DPRD Provinsi Sultra; Forum Koordinasi Pimpinan Daerah Provinsi Sultra; Pj. Sekda Provinsi Sultra; Para Bupati/Walikota Se-Kepulauan Buton Provinsi Sultra; Ketua dan Anggota DPRD Kabupaten/Kota se-Kepulauan Buton Provinsi Sultra; serta tokoh masyarakat dan budaya Buton, H. Samsu Umar Abdul Samiun, SH; Andi Parinringi SE, M.Si. (Plt. Kaban Kesbangpol Prov. Sultra); Dr. Ir. I Gede Panca, M.Pd. (Plt. Kadis Pariwisata Prov. Sultra), dan Drs. Aslaman Sadik, Kepala Biro Umum Setda Prov. Sultra.
Kekayaan sosiologis dan ekologis Kepulauan Buton tidak dipungkiri adalah modal sosial-ekonomi yang harus dikembangkan melalui keberadaan obyek-obyek wisata dan berbagai atraksi kebudayaannya. Diversifitas Buton ini tidak lagi hanya dinikmati oleh masyarakat Buton, tetapi juga oleh masyarakat (wisatawan) Nusantara dan Mancanegara. Ini tentu membanggakan dan menguntungkan. Namun demikian, kondisi itu sekaligus memungkinkan terjadinya perbenturan dan kontaminasi dengan budaya dan tradisi lokal.
Oleh karena itu, Gubernur Ali Mazi berpesan agar masyarakat Kepulauan Buton perlu menyiapkan diri untuk menjaga peradaban, tradisi dan budayanya dari gerusan peradaban budaya luar. Ini penting bagi semua elemen kunci —antara lain: pemerintah daerah, tokoh masyarakat, tokoh adat, dan para pelaku pariwisata di Kepulauan Buton— untuk membangun sinergitas dalam menjaga peradaban Buton dari gempuran budaya asing, semisalnya dengan menonjolkan kearifan lokal, kekayaan seni-budaya, serta keindahan alam Buton menjadi sajian prioritas dalam atraksi kepariwisataan.
Sektor Pariwisata merupakan salah satu sektor prioritas pembangunan daerah dan Nasional yang berorientasi global. Dalam konteks sinergitas pembangunan pariwisata di Kepulauan Buton, topik dalam webinar ini telah sejalan dengan program prioritas Pemerintah Provinsi Sultra 2018-2023, yakni “Sultra Berbudaya dan Beriman, serta Sultra Produktif”. Sultra Berbudaya merupakan kebijakan untuk mengaktualisasikan nilai-nilai budaya, dan kearifan lokal, menghargai adat-istiadat setiap kelompok masyarakat serta melindungi dan menyelamatkan peradaban dan warisan budaya bangsa. Sedangkan Sultra Produktif hendak mewujudkan masyarakat Sultra yang mampu meningkatkan nilai tambah sumber daya alam berbasis masyarakat, sehingga berdaulat di bidang perekonomian.
Sebelum mengakhiri sambutannya pada webinar ini, Gubernur Ali Mazi mengingatkan; di tengah situasi dan kondisi pandemi Covid-19 saat ini Pemprov Sultra terus berkonsentrasi dan sedang giat melaksanakan program/kegiatan pembangunan daerah, antara lain: menyelesaikan mega proyek Pembangunan Jalan Poros Pariwasata di Toronipa, dan perencanaan Pembangunan Kawasan Pantai Toronipa menjadi kawasan terpadu pariwisata, sekaligus menjadi hub, untuk menjangkau destinasi-destinasi wisata di seluruh wilayah Sultra.
“Para pelaku pariwisata di Kepulauan Buton, harus terus berupaya mencari terobosan dan strategi terbaik pada era new-normal di tengah pandemi Covid-19 yang masih melanda ini, dalam rangka pembangunan pariwisata berbasis peradaban Buton yang berkelanjutan,” ungkap Gubernur Ali Mazi yang mengikuti webinar ini dari Ruang Merah Putih, Rujab Gubernur Sultra, pada Sabtu 4 Juli 2020, pukul 20.00 WITA.
Ilham Q. Moehiddin
Jubir Gubernur Sulawesi Tenggara
*Foto: Frans Patadungan